Massive Open Online Courses (MOOC) pada pendidikan tinggi teknik

Oleh: Heru Setyawan

Pandemi COVID-19 telah menyebabkan banyak sekolah tutup, mulai dari SD sampai perguruan tinggi. Ini menyebabkan kebutuhan bahan pembelajaran daring meningkat tajam. Sebelum pandemipun, perguruan tinggi telah dihadapkan pada tantangan banyaknya jumlah calon mahasiswa pendaftar dan yang diterima, termasuk ITS. Apalagi kebijakan ITS sekarang yang terus berupaya untuk menambah jumlah mahasiswanya tanpa diimbangi dengan peningkatan sarana dan prasarana seperti ruang kelas, laboratorium dan jumlah dosen. Tanpa ada konsep baru yang jelas mengenai metode pembelajaran, upaya tersebut akan mengalami banyak kendala. Oleh sebab itu, metoda pembelajaran yang tepat perlu dicari dan dikembangkan .

Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) modern telah menjadi bagian gaya hidup sehari-hari mahasiswa generasi sekarang. Akan tetapi, potensinya untuk pendidikan tinggi belum sepenuhnya dieksploitasi. Adanya pandemi ini menyebabkan pembelajaran daring menjadi semakin populer dan bahkan bisa dikatakan menjadi satu-satunya metode pembelajaran yang memungkinkan untuk sekolah-sekolah mulai dari SD sampai perguruan tinggi. Metode ini dipaksa untuk diberlakukan ditengah situasi pandemi yang tidak menentu dengan segala keterbatasannya, baik dari sisi infrastruktur (jaringan yang tidak stabil, banyak murid tidak punya HP pintar, dsb.), guru/dosen (belum terbiasa dengan sistem daring) maupun bahan pembelajaran.

Untuk pendidikan tinggi dimana mahasiswa sudah cukup dewasa dan telah memiliki pengalaman belajar yang cukup panjang, pelaksanaan kuliah daring mungkin dapat berjalan dengan lebih mulus. Bahkan mereka mungkin mampu mengikuti pembelajaran daring seluruhnya, misalnya, melalui Massive Open Online Courses (MOOC). Akhir-akhir ini MOOC telah merevolusi tatanan pendidikian tinggi di beberapa negara. Metode ini diharapkan mampu memotivasi mahasiswa berperan aktif dalam kuliah daring dan berinteraksi dengan dosen dan teman kuliahnya menggunakan jaringan sosial dan teknik.

MOOC sendiri pada awalnya dibuat untuk mengatasi masalah meningkatnya jumlah mahasiswa yang ingin mengenyam pendidikan tinggi. Meningkatnya jumlah mahasiswa ini mengharuskan perguruan tinggi menyediakan kelas besar atau banyak kelas paralel. Untuk pendidikan tinggi teknik, mengajar kelas besar merupakan tantangan tersendiri. Ketika berbicara kelas besar, hubungan antara dosen dan mahasiswa mungkin terhalang dimana tidak semua mahasiswa yang ingin berbicara di kelas dapat diberi kesempatan. Selain itu, menilai ujian esei dapat mengambil waktu setiap malam dan akhir pekan.

Pendidikan teknik bergerak diantara dua kutub: pengalaman praktis di satu sisi dan pengetahuan dasar dalam sains alam dan teknologi pada sisi yang lain (Heckel dkk., 2016). Pendekatan pembelajaran terpusat mahasiswa (student-centered learning; SCL) diperkenalkan untuk melayani dengan lebih baik bagi mahasiswa yang membutuhkan dengan menerapkan skenario mengajar teraktivasi dengan dosen lebih bertindak sebagai pelatih atau fasilitator daripada instruktur. Jadi, mahasiswa dituntut untuk memiliki derajat kompetensi tertentu dalam pembelajaran yang diarahkan oleh dirinya sendiri dan bertanggung jawab untuk proses pembelajarannya sendiri. Ini yang disebut sebagai pembelajaran aktif dan ini tampaknya sulit diterapkan pada kelas besar.

Pendidikan tinggi teknik sangat tergantung pada pembelajaran aktif dan berbasis persoalan (problem-based learning) yang mungkin sulit diterapkan dalam kelas besar. MOOC mungkin bisa membantu meletakkan paradigma pembelajaran ini dalam praktek. Pertanyaannya sekarang adalah apakah MOOC itu dan bagaimana merancangnya sehingga bisa menggantikan kelas tradisional.

Definisi MOOC paling tidak merujuk pada kuliah yang diajarkan daring pada internet dan terbuka dalam arti dapat diakses gratis untuk setiap orang. Menurut rancangan pendekatan pembelajarannya, MOOC dapat diklasifikasikan menjadi dua: connectivist dan instructional (Heckel dkk., 2016). Mahasiswa dalam MOOC connectivist melakukan empat kegiatan utama:

  1. Agregat: Mahasiswa diminta untuk mengambil dan memilih bahan kuliah yang kelihatan menarik bagi mereka dan tampak paling sesuai menurut tujuan pembelajaran pribadi mereka dari banyak informasi yang tersebar di Internet.
  2. Remix: Mahasiswa mencatat informasi yang diakses menggunakan alat apa saja dari daftar offline pada komputernya ke blog online, Twitter, atau yang sejenis itu.
  3. Repurpose: Mahasiswa menguraikan pemahamannya sendiri tentang bahan yang mereka kumpulkan (agregat) dan mereka campur kembali (remix) dan dengan itu membuat pengetahuan baru berdasarkan pada bahan yang sudah ada.
  4. Feed forward: Mahasiswa membagi pikirannya dan pemahamannya pada bahan di Internet dengan pasangannya materi kuliah dan dunia besar.

MOOC connectivist telah diberikan sejak 2007 dan konsep ini terus dikembangkan sampai sekarang. Dalam konteks MOOC connectivist, atribut open merujuk pada fakta bahwa pembelajar dari tahap pembelajaran yang berbeda dari pemula sampai ahli melebur bersama-sama dalam satu komunitas pembelajaran umum.

MOOC instructional sering mengikuti rancangan intruksi berpusat guru yang jelas dimana instruktur mengajar dan mahasiswa mendengarkan dan mengerjakan kuis atau tugas. Karena mengajar dalam konteks ini lebih pada komunikasi dari satu ke banyak, forum diskusi menawarkan setiap mahasiswa punya kemungkinan untuk terlibat aktif. Dosen sendiri bisa menjawab sejumlah pertanyaan tertentu sedangkan sebagian besar pertanyaan dijawab oleh sejawat ahli di seluruh dunia.

Dalam konteks MOOC instructional, atribut massive dengan jelas merujuk kepada jumlah peserta yang sangat besar. Istilah Open merujuk kepada akses terbuka dan gratis dari setiap pembelajar terhadap bahan ajar dan jika tidak hanya tersedia bagi siswa yang membayar saja.

Tabel 1 menunjukkan klasifikasi MOOC ke dalam connectivist dan instructional menurut gagasan yang berbeda atributnya: massive (rentang jumlah pendengar), open (pembelajar yang disasar), dan online (bentuk penyebaran).

MOOC connectivistMOOC instructional
M(assive)terbuka bagi pembelajar dari tahap pembelajaran berbeda dari pemula sampai ahli, tidak ada kumpulan tetap bahan pembelajaran (dikumpulkan oleh murid sendiri), tanpa luaran didefinisikan didepan, tidak ada akreditasi formal.Kelas didefinisikan didepan untuk tahap keahlian berbeda dengan bahan ajar terkait, luaran pembelajaran didefinisikan didepan, akreditasi formal mungkin.
O(pen)Pendaftaran terbuka, bahan kuliah gratis, dapat diakses dan dibagikanPendaftaran terbuka, bahan kuliah gratis, dapat diakses dan dibagikan
O(nline)pada Internetpada Internet
C(ourse)kuliah regulerkuliah reguler
Tabel 1. Klasifikasi MOOC.

Sebagai penutup, apabila MOOC ditetapkan untuk dipakai dalam pendidikan tinggi teknik untuk mengajar kelas besar, syarat pedagogi kelas sebaiknya tetap diperhatikan, antara lain:

  • umpan balik langsung dan kontak
  • mendorong partisipasi kelas
  • mempromosikan pembelajaran aktif dan berbasis persoalan
  • terorganisir

Jadi, MOOC connectivist dan MOOC instructional mencoba memanfaatkan alat berbasis web seperti forum, papan diskusi atau media sosial untuk meningkatkan interaksi dan menciptakan identitas kelompok dan raport antar peserta kursus. Tabel 2 merangkum potensi MOOC connectivist dan MOOC instructional untuk mengajar kelas besar dala pendidikan tinggi teknik.

MOOC connectivistMOOC instructional
Umpan balik dan kontak langsung– interaksi langsung antar peserta dengan memberikan komentar pada bahan kuliah yang dibuat dan dengan menghubungkan dengan peserta lain melalui alat media sosial– Meniru memberikan tutorial satu per satu
– umpan balik langsung & percakapan dibuat ada melalui forum diskusi
Mendorong partisipasi kelas– pembelajaran sejawat ahli melalui rekonstruksi, menyusun ulang tujuan dan berbagi pengetahuan oleh sejawat ahli
– mahasiswa berkontribusi dan berbagi isi kuliahnya sendiri
– pembelajaran sejawat melalui instruksi sejawat ahli dan penilaian sejawat ahli
Mempromosikan pembelajaran aktif dan berbasis persoalan– pembelajaran aktif melalui pencampuran kembali, membangun kembali dan berbagi bahan kuliah
– bahan kuliah dirancang sekitar model penyelesaian persoalan dengan dosen sebagai pembimbing
– kuis untuk mengajak mahasiswa dalam pengambilan aktif dan rekonstruksi pengetahuan
– bahan kuliah sulit dirancang di sekitar model penyelesaian persoalan, akan lebih pada pembelajaran berbasis kasus
Terorganisir– website pusat dengan silabus dasar dan tautan ke sumber pembelajaran
– bahan terdistribusi secara luas dan tidak ada kurikulum, tidak ada tujuan dan metode pembelajaran umum (pembelajaran mungkin bisa dipersepsikan sebagai “semrawut”)
– kerangka kerja terbuka untuk pembelajaran yang disediakan
– memanfaatkan alat yang ada di Internet dan pengguna kenal baik dengannya
– website pusat dengan semua informasi dan sumber pembelajaran yang diperlukan
– kerangka kerja tetap untuk pembelajaran yang diberikan
– alat sendiri untuk komunikasi (forum; chat dll.) harus dikembangkan
Membangun komunitas– komunitas virtual menggunakan media sosial dan papan diskusi
– tidak ada pertemuan langsung
– komunitas virtual menggunakan media sosial dan papan diskusi
– komunitas dunia nyata melalui pertemuan yang terorganisir
Tabel 2. Potensi MOOC connectivist dan MOOC instructional untuk mengajar kelas besar.

Daftar beberapa contoh MOOC

Pustaka

  • U. Heckel, U. Bach, A. Richert, S. Jeschke, Massive Open Online Courses in Engineering Education, in Engineering Education 4.0, diedit oleh S, Frerich, T. Meisen, A. Richert, M. Petermann, S. Jeschke, U. Wilkesmann, A. E. Tekkaya, Springer, 2016.
  • R. McGreal, G. Siemens. Openness in education, 2012. URL http://open.mooc.ca.
  • R. Rodriguez, MOOCs and the AI-Stanford like courses: Two successfull and distinct course formats for massive open online courses. European Journal of Open, Distance and E-Learning, 2012. [Online]. URL http://www.eurodl.org/?article=516.

Comments

One response to “Massive Open Online Courses (MOOC) pada pendidikan tinggi teknik”

Leave a reply to Peran Teknologi Disruptif dalam Pendidikan Tinggi Kimia Masa Depan – Elkimkor Cancel reply