Oleh: Heru Setyawan
Dalam harian Jawa Pos hari ini (Selasa, 19 Juni 2012) dalam halaman Metropolis ada satu judul berita yang sangat menggelitik: “Banyak Yang Mendadak Miskin”. Berita ini terkait dengan program penerimaan peserta didik baru (PPDB) mitra warga yang dibuka oleh Pemkot Surabaya yang diperuntukkan bagi siswa kurang mampu. Jumlah pendaftar program ini ternyata membludak padahal salah satu syarat mendaftar adalah menyerahkan surat keterangan miskin. Setelah dilakukan verifikasi lapangan ternyata banyak yang seharusnya tidak masuk dalam kelompok ini, mis.: rumahnya bertingkat, ada yang memiliki rumah lebih dari satu, dsb.
Ternyata fenomena seperti itu tidak hanya terjadi ditingkat itu saja. Pada penerimaan mahasiswa melalui jalur Bidik Misi yang juga diperuntukkan bagi mahasiswa tidak mampu, banyak dari kalangan mampu yang mencoba mendaftar melalui jalur ini. Mahasiswa yang sudah diterimapun sering mendapat beasiswa dari lebih dari dua sumber. Padahal sudah jelas ada larangan untuk itu. Alasan yang diberikan salah satunya adalah kalau cuma satu tidak cukup. Tidak cukup untuk apa? Untuk makan? Untuk memenuhi kebutuhan sekunder seperti pulsa, internet, hiburan, nonton?
Fenomena apa ini? mengapa orang suka menjadi orang miskin atau merasa menjadi orang miskin? Apakah memang benar yang ditengarai oleh salah satu sahabat saya Dr. Amien Widodo bahwa bangsa kita ini lebih suka menjadi inlander daripada juragan di tanah kita sendiri?
Sebenarnya apa yang dimaksud dengan miskin? Mungkin BPPS telah mendefinisikan kategori ini, yang berdasarkan pada penghasilan per bulan dan jumlah orang yang menjadi tanggungan. Menurut ajaran yang saya anut (Islam), meminta-minta seperti itu jelas dilarang. Rasulullah SAW pernah bersabda: “Orang miskin itu bukanlah orang yang tidak mendapatkan sesuap atau dua suap makanan. Akan tetapi, orang miskin adalah orang yang tidak mempunyai harta kekayaan dan merasa malu meminta-minta kepada orang lain secara paksa”. Ajaran ini adalah ajaran kebesaran jiwa.
Sebaliknya kita dilarang melakukan penghimpunan harta secara berlebihan dan diharuskan untuk bersedekah kepada kaum miskin dan sengsara, meskipun mereka tidak meminta. Rasulullah bersabda: “Tidaklah beriman kepadaku orang yang mati dalam keadaan kenyang sementara tetangganya kelaparan. Barangsiapa yang mempunyai kelebihan belanja, ia harus menyisihkan bagi orang yang tidak cukup belanjanya. Barangsiapa yang mempunyai kelebihan harta, sisihkanlah kepada yang kekurangan.” (hs)
One reply on “Mendadak Miskin”
Bagus sekali tulisannya Bapak,..
Membuka pandangan saya pentingnya harga diri..