Dalam terbitan 1 Juli 2019, majalah Chemical Engineering melaporkan peluncuran proyek terobosan baru teknologi penangkapan karbon skala industri. Proyek ini merupakan proyek konsorsium 11 perusahaan Eropa termasuk ArcelorMittal, Axens, IFP Energies nouvelles (IFPEN) dan Total. Proyek yang diluncurkan satu bulan lalu ini bertujuan untuk mendemonstrasikan proses inovatif yang disebut DMX untuk menangkap CO2 dari kegiatan industri. Proyek ini adalah bagian dari penelitian komprehensif yang didedikasikan untuk pengembangan European Dunkirk North Sea Capture and Storage Cluster di masa depan.
Proyek 3D (Demonstrasi DMX di Dunkirk) adalah bagian dari Horizon 2020, program penelitian dan inovasi Uni Eropa, dengan total dana EUR 19,3 juta untuk jangka waktu 4 tahun. Pabrik skala pilot akan dibangun mulai tahun 2020 di pabrik ArcelorMittal steelworks di Dunkirk dan akan mampu menangkap 0,5 m.t./jam CO2 dari gas pembuatan baja sebelum 2021. Pabrik pilot akan menggunakan proses DMX yang sudah dipatenkan, tangkai dari penelitian IFPEN dan akan dilisensi oleh Axens.

Proses DMX (flowsheet) didasarkan pada pelarut amina khusus yang memisah menjadi dua fasa cair untuk beban CO2 atau kondisi suhu tertentu, salah satunya memiliki beban CO2 tinggi. Dengan memisahkan kedua fasa di dekanter memungkinkan untuk mengurangi massa pelarut yang harus diregenerasi. Ini mengurangi energi untuk menangkap hampir 35% dibandingkan proses acuan monoetilamina (MEA) konvensional. Selain itu, menggunakan panas yang dihasilkan oleh pabrik akan memangkas biaya penangkapan separonya, menjadi kurang dari EUR 30/m.t. CO2. (hs)
2 replies on “Terobosan baru teknologi penangkapan karbon skala industri”
teknologi yang menarik,
kebetulan saya berkecimpung di dunia carbon capture walaupun sebatas untuk mengurangi impurities produk gas H2 dari steam reformer.
izin bertanya, apakah pelarut amina yang digunakan pada proses DMX ini berbeda dengan alkanolamina, atau pelarut lain seperti K2CO3 yang umum digunakan pada proses penangkapan CO2? apa perbedaannya? serta bagaimana ketersediaannya di Indonesia?
Terima kasih,
Alif, Jr Analyst PT. Pertamina (Persero)
Larutan utamanya amina (MEA, MDEA) tetapi dengan beberapa aditif yang berfungsi sebagai aktivator dan promotor dan juga mengubah kelarutan menjadi partially miscible (larut sebagian) ketika desorpsi. Aditif ini yang saya belum jelas senyawanya apa. Dengan sifatnya yang partially miscible, pemisahan sebagian cukup dengan dekantasi mengandalkan gravitasi sehingga mengurangi beban kolom desorpsi (ukurannya nantinya lebih kecil dan kebutuhan energi lebih kecil –> penghematan). Teknologi ini masih dalam tahap uji coba pilot plant. Barangkali Pertamina tertarik untuk ikut mengembangkan mencari aditif ini, bisa kita kerjakan bersama-sama.