Oleh: Heru Setyawan
Ada perangkap tersembunyi ketika mengandalkan begitu saja pada perangkat lunak pendeteksi plagiarisme.
Salah satu syarat kenaikan jabatan fungsional dosen adalah memiliki karya ilmiah yang dipublikasikan, baik di seminar atau di jurnal. Bahkan, untuk naik ke guru besar (profesor), disyaratkan harus ada publikasi di jurnal internasional bereputasi. Sebelum dilakukan penilaian, makalah yang dipublikasikan harus diperiksa dulu tingkat “similarity” nya untuk mendeteksi ada tidaknya unsur plagiarisme dalam makalah yang diajukan. Pemeriksaan biasanya dilakukan dengan perangkat lunak komersial seperti iThenticate, Turnitin atau lainnya. Pemeriksaan yang dilakukan oleh perangkat lunak ini menampilkan hasil berupa prosentase kesamaan kalimat makalah yang diperiksa dengan artikel lain yang telah dipublikasi yang tersedia dalam basis data mesin. Perangkat lunak ini jelas sangat membantu dalam mempercepat proses pemeriksaan, tetapi perlu diingat bahwa ini hanyalah sebuah mesin. Peran penilai ahli dalam hal ini tetap masih diperlukan untuk menilai apakah suatu makalah mengandung unsur plagiarisme.
Ada perangkap tersembunyi ketika mengandalkan begitu saja pada perangkat lunak pendeteksi plagiarisme. Tidak semua publikasi yang relevan ada dalam basis data yang digunakan oleh perangkat lunak; ini dimana keahlian penilai ahli sangat berharga karena mereka pasti kenal dengan baik literatur dalam bidang mereka dan jadi mampu mengenali bahan yang diambil dari sumber yang lain. Deteksi kesamaan kalimat tidak selalu mengindikasikan plagiarisme; bahan yang dipakai lagi mungkin kenyataannya telah menghargai sumbernya, atau bahan mungkin mewakili uraian standar sesuatu, mis.: prosedur umum. Meskipun kurang dapat diterima, menggunakan lagi kalimat dalam subbab “Bahan dan Metoda” ketika mengikuti teknik dan peralatan yang sama yang digunakan oleh penulis lain mungkin merupakan bentuk plagiarisme yang tidak begitu serius. Akan tetapi akan lebih aman dengan hanya menuliskan bahwa penelitian ini mengikuti teknik yang sama seperti penulis sebelumnya dan menggunakan sitasi lengkap.
Selain itu, perangkat lunak tidak mampu mengidentifikasi semua hal tentang plagiarisme, mis.: bahan ilustratif yang dipakai lagi, atau, tentu saja gagasan. Menurut survei yang dilakukan oleh COPE, sebagian besar plagiarisme tidak dapat dinilai hanya dari kesamaan (similarity) yang ditemukan menggunakan CrossCheck (memakai iThenticate). Hasil ini didasarkan pada pengalaman periksa silang lebih dari 2000 naskah dari kira-kira 50 negara di belahan dunia yang berbeda per tahun.
Oleh sebab itu, orang yang berkecimpung dalam dunia penerbitan, baik sebagai penulis, penelaah sejawat, editor, atau yang memiliki kepentingan lain seperti penilai angka kredit, perlu memahami dengan baik apa yang dimaksud dengan plagiarisme dan mampu menginterpretasikan dengan baik hasil pemeriksaan perangkat lunak yang berupa persen “similarity”. Kesalahan dalam menilai plagiarisme akan sangat memengaruhi kredibilitas akademisi yang dinilai sebab plagiarisme merupakan salah satu bentuk ketidakjujuran akademik, dan pentingnya kejujuran dalam masyarakat bukanlah topik baru. Sejak zaman dahulu, integritas telah menjadi topik abadi dalam peradaban manusia. Tidak seperti konsep hak cipta (copyright) yang memiliki basis legal yang baru berjalan selama 300 tahun, gagasan plagiarisme barangkali lebih subyektif meskipun plagiarisme mungkin melibatkan pelanggaran hak cipta.
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, plagiarisme didefinisikan sebagai penjiplakan yang melanggar hak cipta. Akan tetapi, kamus bahasa Inggris Oxford mendefinisikan plagiarisme sebagai: ‘The practice of taking someone else’s work or ideas and passing them off as one’s own‘. Sementara itu Komite Etik Publikasi WAME (World Association Medicine Editors) memberikan definisi yang lebih rinci: ‘Plagiarism is the use of others’ published and unpublished ideas or words (or other intellectual property) without attribution or permission, and presenting them as new and original rather than derived from an existing source‘. Menurut definisi tersebut meskipun konsep, gagasan, atau uraian gagasan orang lain dipakai menggunakan kata-kata kita sendiri, itu tidak dapat diterima.
Jadi, plagiarisme adalah salah satu jenis pelanggaran paling umum dalam publikasi. Plagiarisme dapat mengambil berbagai bentuk, dari menyalin persis sampai menguraikan dengan kata-kata sendiri gagasan orang lain yang dapat meliputi: data, kalimat atau frasa, dan gagasan dan konsep. Lebih rinci, komponen penelitian yang dapat dijiplak meliputi:
- Kalimat (bahasa)
- Gagasan
- Temuan
- Tulisan
- Representasi grafik
- Program komputer
- Diagram
- Grafik
- Ilustrasi
- Informasi
- Kuliah
- Bahan cetak
- Bahan elektronik
- Kerja orisinil lain
Plagiarisme memiliki tingkat kejahatan yang berbeda-beda seperti:
- Seberapa banyak hasil karya orang lain diambil – beberapa baris, paragraf, halaman, artikel penuh?
- Apa yang disalin – hasil, metoda, atau bagian pendahuluan.
Ketika menulis, kita harus selalu ingat untuk menghargai hasil karya orang lain (termasuk pembimbing atau hasil karya sendiri). Kita harus selalu menempatkan hasil karya kita dalam konteks kemajuan bidang, dan menghargai temuan orang lain yang membantu membangun penelitian kita.
Prinsip dasar untuk menjamin plagiarisme tidak dilakukan ketika menulis barangkali dapat dirangkum sebagai berikut:
- Tidak menggantungkan secara berlebihan pada bahan kutipan (atau milik sendiri yang telah dipublikasi); jika tidak ada yang baru untuk ditambahkan, jangan ditulis!
- Selalu sebutkan sumber gagasan, kata, data, gambar, dsb., dengan sitasi penuh pada sumber publikasi asli, apakah karya sendiri atau orang lain.
- Selalu menyebutkan kutipan utuh dari tulisan orang lain dengan tanda kutip (jika pendek) atau masuk (jika panjang). Ingat bahwa isu hak cipta mungkin bisa timbul jika mengutip kalimat panjang (atau bahan nonteks seperti gambar, grafik, atau diagram) dari karya orang lain. dibutuhkan izin penerbit (izin penulis tidak cukup). Bahkan jika kalimat asli orang lain ditulis ulang, dirangkum atau diterjemahkan, kredit masih harus diberikan pada sumber asli.
Sebagai penutup, tabel berikut barangkali bisa dipakai sebagai panduan untuk plagiarisme dan bagaimana mencegahnya.

Sumber Bacaan
- Y. H. Zhang, Against Plagiarism: A Guide for Editors and Authors, Springer, 2016.
- Elsevier Research Academy Module, Factsheet: Plagiarisme.
2 replies on “Plagiarisme dan Bagaimana Mencegahnya”
Terima kash prof atss sharing ilmunya
Jazaakallah khairan Prof atas ilmunya..