Tahun lalu, DIKTI mengeluarkan aturan bahwa peneliti yang memiliki h-index Scopus > 2 bisa menjadi ketua pada dua judul penelitian yang didanai oleh DIKTI. Mungkin ada yang bertanya apakah h-index itu dan bagaimana indeks ini dijadikan parameter oleh DIKTI sehingga aturan tersebut diberlakukan. h-index adalah indeks untuk mengkuantifikasi luaran ilmiah seorang peneliti yang diusulkan oleh seorang ahli fisika Jorge E. Hirsch dari University of California at San Diego pada tahun 2005 (Proc. National Academy of Sciences USA, doi: 10.1073/pnas.0507655102). h-index didefinisikan sebagai jumlah paper dengan jumlah sitasi ≥h.
Ada beberapa keterbatasan penggunaan parameter tersebut. Salah satunya adalah mengenai sumber basis data yang digunakan. Saat ini ada beberapa basis data yang digunakan, yaitu: Scopus, Web of Science dan Google Scholar. Scopus dan Web of Science mengumpulkan dan menata jumlah sitasi dan dapat dipakai untuk menghitung h-index setiap peneliti. Serupa, Google Scholar mengumpulkan sitasi penulis dan menghitung melalui Google Scholar Citation. Namun, setiap sumber mungkin menentukan nilai h-index yang berbeda untuk seorang peneliti yang sama. Kadang-kadang variasinya bisa besar untuk masing-masing sumber.
Untuk menentukan h-index seorang peneliti menurut definisi diatas, artikel disusun dengan urutan mengecil, berdasarkan pada berapa kali artikel disitasi. Sebagai contoh, jika seorang peneliti memiliki delapan paper yang masing-masing telah disitasi 35, 28, 19, 10, 7, 6, 5 dan 3 kali, h-index peneliti tersebut adalah 6. Paper pertama 35 memberi nilai 1 – ada satu paper yang telah disitasi paling tidak 1 kali. Paper kedua memberi 2, ada dua paper yang telah disitasi paling tidak 2 kali. Paper ketiga memberi 3, dan begitu seterusnya sampai 6 dengan paper tertinggi keenam. Dua paper terakhir tidak berpengaruh dalam contoh ini karena jumlah sitasinya kurang dari 6 kali.
Artikel Jumlah sitasi
1 35
2 28
3 19
4 10
5 7
6 6 = h-index
————————
7 5
8 3
2 replies on “h-index”
[…] h-index […]
[…] h-index […]